Siapa sangka, dua tanaman air yang tampak indah, eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan teratai (Nymphaea spp.), seringkali dicap sebagai hama? Meskipun memiliki pesona visual dan bahkan beberapa manfaat, karakteristik pertumbuhan dan penyebarannya dapat menimbulkan masalah serius bagi lingkungan dan aktivitas manusia.
Eceng gondok, dengan pertumbuhan yang sangat cepat, dikenal sebagai salah satu gulma air invasif terburuk di dunia. Kemampuannya untuk bereproduksi secara vegetatif dengan cepat menyebabkan pembentukan tikar tebal di permukaan air. Hal ini menghalangi penetrasi sinar matahari, mengurangi kadar oksigen terlarut, dan mengganggu ekosistem perairan. Akibatnya, keanekaragaman hayati menurun, populasi ikan terancam, dan kualitas air memburuk. Selain itu, eceng gondok dapat menghambat transportasi air, irigasi, dan aktivitas rekreasi.
Di sisi lain, teratai, meskipun tidak se-invasif eceng gondok, juga dapat menjadi masalah ketika pertumbuhannya tidak terkendali. Rimpangnya yang kuat dan daunnya yang lebar dapat menutupi permukaan air dangkal, menghalangi cahaya dan oksigen bagi tumbuhan dan hewan air lainnya. Pendangkalan perairan dan terhambatnya aliran air juga menjadi konsekuensi potensial dari pertumbuhan teratai yang berlebihan.
Penting untuk dicatat bahwa status “hama” bagi eceng gondok dan teratai sangat bergantung pada konteks dan lokasinya. Di habitat asalnya atau dalam sistem terkontrol, mereka mungkin tidak menimbulkan masalah signifikan dan bahkan dapat memberikan manfaat ekologis atau estetika. Namun, ketika diperkenalkan ke lingkungan baru tanpa predator alami atau ketika kondisi pertumbuhan sangat mendukung perkembangbiakannya, potensi invasif dan dampak negatifnya menjadi alasan kuat mengapa keduanya seringkali dianggap sebagai hama perairan yang merugikan. Pengendalian populasi yang tepat menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatif tanaman-tanaman ini.
Lebih lanjut, dampak ekonomi akibat ledakan populasi eceng gondok dan teratai tidak bisa diabaikan. Penutupan jalur air dapat mengganggu perdagangan dan transportasi lokal. Sektor perikanan juga menderita akibat penurunan kualitas air dan hilangnya habitat ikan. Biaya pengendalian fisik, kimia, dan biologis untuk mengatasi penyebaran kedua tanaman ini juga memerlukan investasi yang signifikan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang potensi invasif dan dampak negatif eceng gondok dan teratai sangat penting dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.