Ketidakmerataan sering kali menjadi akar penyebab kemiskinan struktural, sebuah kondisi di mana kelompok masyarakat tertentu terjebak dalam lingkaran kemiskinan dari generasi ke generasi. Fenomena ini bukan sekadar kurangnya uang, melainkan sistem yang membatasi akses pada sumber daya dan peluang. Ini adalah realitas pahit di mana posisi seseorang dalam struktur sosial menentukan nasib mereka, menciptakan ketidakadilan yang mendalam dalam masyarakat.
Lapisan masyarakat yang terjebak dalam kemiskinan struktural memiliki akses yang sangat terbatas pada pendidikan berkualitas. Sekolah yang tidak memadai, kurangnya guru yang berkualitas, dan minimnya fasilitas menghambat potensi anak-anak. Tanpa pendidikan yang layak, kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik menjadi sangat kecil, secara efektif menutup pintu mobilitas sosial.
Selain pendidikan, layanan kesehatan yang berkualitas juga menjadi kemewahan yang sulit dijangkau. Ketidakmerataan sering berarti fasilitas kesehatan yang buruk, kurangnya tenaga medis, dan biaya pengobatan yang mahal. Akibatnya, masyarakat miskin lebih rentan terhadap penyakit, yang selanjutnya menghambat kemampuan mereka untuk bekerja dan keluar dari jerat kemiskinan, sebuah lingkaran setan yang sulit diputus.
Pekerjaan layak dengan upah yang memadai juga menjadi barang langka bagi mereka yang terjebak dalam kemiskinan struktural. Mereka seringkali hanya memiliki pilihan pekerjaan informal dengan upah rendah, tanpa jaminan sosial atau keamanan kerja. Kondisi ini membuat mereka sangat rentan terhadap eksploitasi, dan sulit untuk mengumpulkan aset atau modal untuk investasi masa depan yang berarti.
Mobilitas sosial ke atas menjadi sangat sulit dalam kondisi ketidakmerataan sering ini. Sistem yang ada tidak memberikan tangga yang cukup bagi mereka untuk naik. Meskipun ada cerita sukses individu, secara kolektif, sebagian besar kelompok ini tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sama, warisan dari generasi sebelumnya yang terus berlanjut.
Lapisan masyarakat ini juga sangat rentan terhadap guncangan ekonomi atau bencana alam. Minimnya jaring pengaman sosial, seperti tabungan atau asuransi, membuat mereka tidak memiliki bantalan saat terjadi krisis. Bencana kecil sekalipun dapat menghancurkan apa yang sedikit mereka miliki, mendorong mereka semakin dalam ke dalam kesulitan.
Ketidakmerataan sering kali diperparah oleh kebijakan yang tidak inklusif atau bahkan diskriminatif. Untuk mengatasi kemiskinan struktural, diperlukan intervensi sistemik yang fokus pada peningkatan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan jaring pengaman sosial, sebuah tanggung jawab yang besar.
Pada akhirnya, kemiskinan struktural adalah cerminan dari ketidakmerataan sering yang memprihatinkan dalam masyarakat. Mengatasinya membutuhkan komitmen jangka panjang, perubahan kebijakan yang mendalam, dan upaya kolektif untuk memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi penuh mereka dan keluar dari jerat kemiskinan.