Impian untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci adalah cita-cita luhur bagi banyak umat Muslim, tak terkecuali bagi Ibu Lasinah (70), seorang penjual kue keliling asal Bantul, Yogyakarta. Setelah empat dekade penuh perjuangan dan ketekunan, 40 tahun jual kue keliling, akhirnya Jalan Lasinah menuju Tanah Suci dapat terwujud. Kisah kegigihan dan kesabarannya ini menjadi inspirasi yang menyentuh hati banyak orang.
Sejak usia muda, Ibu Lasinah telah mengabdikan hidupnya untuk mencari nafkah dengan berjualan aneka kue tradisional. Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia setia menjajakan kue-kue buatannya seperti klepon, getuk, dan lupis, dari satu gang ke gang lain, dari satu pasar ke pasar lain. Cuaca panas terik maupun hujan tak menjadi halangan. Pendapatan yang tak seberapa dari berjualan kue ini selalu ia sisihkan sedikit demi sedikit, dengan satu tujuan mulia: mengumpulkan biaya untuk pergi haji.
Perjalanan Ibu Lasinah tidaklah mudah. Dengan penghasilan yang pas-pasan, ia harus pintar mengatur keuangan untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak-anak, dan tentu saja, tabungan haji. Ada kalanya ia harus menghadapi sepinya pembeli atau kue dagangannya tidak habis terjual. Namun, semangat dan keyakinan akan pertolongan Tuhan tak pernah pudar. Setiap recehan yang ia masukkan ke dalam celengan haji adalah bentuk dari tekadnya yang tak tergoyahkan.
Setelah penantian panjang selama 40 tahun, doa dan usaha Ibu Lasinah akhirnya dikabulkan. Nama beliau masuk dalam daftar keberangkatan haji untuk tahun 2025. Kabar gembira ini disambut dengan tangis haru oleh Ibu Lasinah dan keluarganya. Seluruh perjuangan, keringat, dan kesabaran yang ia curahkan selama puluhan tahun kini berbuah manis. Ini adalah bukti nyata bahwa tidak ada usaha yang sia-sia jika dibarengi dengan niat tulus dan ketekunan.
Kisah Jalan Lasinah menuju Tanah Suci ini memberikan pelajaran berharga tentang makna kesabaran, kerja keras, dan tawakal. Di tengah godaan hidup modern, Ibu Lasinah menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat, impian besar sekalipun dapat tercapai, meskipun harus melalui proses yang panjang dan penuh liku. Ia adalah representasi dari jutaan masyarakat kecil di Indonesia yang terus berjuang demi mewujudkan cita-cita spiritual mereka.