Cash on Delivery (COD) tetap menjadi metode pembayaran yang populer, khususnya di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Tren ini didorong oleh rendahnya tingkat penetrasi perbankan dan kurangnya kepercayaan konsumen terhadap transaksi online di muka. COD memungkinkan pembeli untuk memeriksa barang sebelum membayar, mengurangi risiko penipuan dan keraguan. Namun, pertumbuhan masif metode ini juga menghadirkan serangkaian tantangan operasional dan risiko finansial yang perlu dikelola secara cermat.
Tantangan terbesar yang dihadapi operator logistik dengan Cash on Delivery adalah risiko operasional dan keamanan. Kurir membawa sejumlah besar uang tunai, yang meningkatkan risiko pencurian atau perampokan di lapangan. Selain itu, manajemen dan penyetoran uang tunai yang dikumpulkan setiap hari membutuhkan infrastruktur back-end yang kompleks dan memakan waktu. Proses rekonsiliasi pembayaran menjadi lebih rumit dibandingkan dengan transaksi digital yang langsung tercatat.
Fenomena return atau pengembalian barang yang tinggi juga merupakan risiko signifikan dari Cash on Delivery. Pembeli memiliki hak untuk menolak paket saat pengiriman jika barang tidak sesuai harapan atau rusak. Tingginya angka penolakan ini mengakibatkan biaya logistik terbalik (reverse logistics) yang mahal bagi penjual dan perusahaan pengiriman. Oleh karena itu, edukasi konsumen dan kebijakan pengembalian yang ketat menjadi sangat penting untuk memitigasi kerugian.
Meskipun memiliki risiko, Cash on Delivery berfungsi sebagai jembatan penting untuk mengintegrasikan konsumen yang masih ragu ke dalam ekosistem e-commerce. Untuk memitigasi risiko, perusahaan e-commerce dan logistik berinovasi dengan menyediakan opsi pembayaran parsial di muka atau menerapkan fee khusus. Penggunaan dompet digital oleh kurir untuk mengurangi jumlah uang tunai yang dibawa juga menjadi solusi teknologi yang efektif dan semakin banyak diadopsi.
Kesimpulannya, Cash on Delivery adalah pedang bermata dua: ia mendorong inklusi digital, tetapi membebani rantai pasok dengan risiko operasional dan biaya. Masa depan logistik menuntut keseimbangan antara mempertahankan opsi COD untuk menjangkau semua segmen pasar dan mendorong transisi ke pembayaran digital yang lebih aman dan efisien. Mengelola risiko COD sambil terus membangun kepercayaan konsumen adalah kunci untuk pertumbuhan e-commerce yang berkelanjutan di Indonesia. Sumber