Dunia rockstar seringkali terlihat glamor dan penuh kebebasan, namun di baliknya terdapat Tekanan Industri hiburan yang luar biasa. Bagi musisi seperti Onadio Leonardo, menjaga relevansi dan kreativitas terus-menerus dapat menjadi beban mental yang berat. Tuntutan untuk selalu tampil enerjik, menghibur, dan memproduksi konten baru sering mendorong figur publik mencari pelarian instan.
Salah satu faktor utama adalah Tekanan Industri untuk mempertahankan citra yang kontras dan menarik perhatian. Onadio Leonardo, dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos dan image bad boy yang sempat melekat, harus terus menciptakan persona yang ‘hidup’ di mata media dan penggemar. Citra ini, sayangnya, sering bersinggungan dengan gaya hidup berisiko tinggi dan substansi terlarang.
Perpindahan karier dari musisi ke host dan YouTuber juga membawa Tekanan Industri yang berbeda. Kebutuhan untuk stay relevant di berbagai platform memaksa Onadio Leonardo terus bekerja tanpa henti, mengorbankan waktu istirahat dan kesehatan mental. Keterbatasan waktu dan kelelahan emosional dapat menciptakan kerentanan terhadap zat adiktif sebagai cara untuk ‘bertahan’.
Sifat industri hiburan yang high-risk, high-reward turut memperburuk situasi. Kekayaan dan ketenaran datang dengan cepat, namun juga diikuti dengan kemudahan akses terhadap hal-hal negatif. Tekanan Industri ini dikombinasikan dengan lingkungan sosial yang sering mentolerir penggunaan narkoba di kalangan selebritas, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.
Analisis Mentalitas di kalangan rockstar menunjukkan adanya kecenderungan self-medication. Daripada menghadapi kecemasan, depresi, atau masalah pribadi secara sehat, beberapa figur memilih obat-obatan sebagai solusi cepat. Tekanan Industri dan sorotan publik yang intens membuat mereka sulit mencari bantuan profesional tanpa takut citranya rusak.
Kasus Onadio Leonardo adalah cerminan kegagalan sistem pendukung di industri hiburan. Di balik gemerlap lampu panggung, kurangnya edukasi komprehensif tentang kesehatan mental dan adiksi menjadi masalah. Tekanan Industri seharusnya diimbangi dengan dukungan psikologis yang wajib dan mudah diakses bagi para pekerja seni yang rentan.
Dalam konteks media sosial, Tekanan Industri semakin diperparu. Setiap langkah Onadio Leonardo menjadi konten, dan kegagalannya diperdebatkan secara real-time. Ini memperbesar rasa malu dan isolasi, yang ironisnya, bisa mendorong individu tersebut kembali mencari pelarian dari kegaduhan digital yang diciptakan oleh kasusnya sendiri.
Oleh karena itu, penjeratan Onadio Leonardo bukan sekadar kesalahan individu, tetapi juga manifestasi dari Tekanan Industri yang toksik dan kurangnya kesadaran akan kesehatan mental di dalamnya. Kasus ini harus menjadi momentum bagi industri untuk berinvestasi pada kesejahteraan artis, daripada hanya berfokus pada potensi profit dan popularitas mereka.