Petani Hidroponik Lamongan Menjerit Akibat Terjangan Cuaca Ekstrim

Para petani hidroponik di wilayah Lamongan kini tengah dilanda keresahan mendalam akibat dampak buruk cuaca ekstrem yang melanda beberapa waktu terakhir. Hujan deras disertai angin kencang yang terus menerus terjadi menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas pertanian hidroponik mereka, mengancam hasil panen, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Kondisi cuaca ekstrem ini menjadi tantangan berat bagi para petani yang selama ini mengandalkan sistem pertanian modern yang rentan terhadap perubahan lingkungan yang drastis.

Menurut data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lamongan yang dihimpun hingga tanggal 1 Mei 2025, tercatat lebih dari 30 kelompok petani hidroponik mengalami kerugian akibat cuaca ekstrem. Kerusakan yang paling banyak dialami adalah robohnya ग्रीनहाउस (rumah kaca) penutup tanaman, rusaknya sistem irigasi dan nutrisi akibat terjangan angin, serta gagal panen karena tanaman yang terlalu banyak terpapar air hujan. Situasi ini memaksa sebagian petani untuk menunda masa tanam berikutnya, menambah beban ekonomi mereka.

Salah seorang petani hidroponik di Desa Sukodadi, Bapak Slamet (48), mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem kali ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. “Biasanya hujan memang ada, tapi tidak sampai anginnya sekencang ini. Banyak Rumah kaca saya yang atapnya jebol dan penyangga besinya bengkok. Tanaman selada dan pakcoy yang siap panen juga jadi rusak karena terlalu basah,” ujarnya dengan nada prihatin saat ditemui pada Kamis pagi (1/5/2025). Kerugian yang dialaminya diperkirakan mencapai jutaan rupiah, belum termasuk potensi kerugian akibat gagal panen berikutnya.

Para petani hidroponik di Lamongan berharap adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah terkait dampak cuaca ekstrem ini. Bantuan berupa perbaikan infrastruktur pertanian yang rusak, penyediaan bibit unggul yang lebih tahan terhadap kondisi cuaca buruk, serta pelatihan adaptasi terhadap perubahan iklim sangat dibutuhkan agar mereka dapat kembali produktif. Selain itu, informasi dan prediksi cuaca yang lebih akurat dan tepat waktu juga akan sangat membantu petani dalam mengambil langkah antisipasi untuk melindungi tanaman mereka.

Keresahan para petani hidroponik di Lamongan akibat cuaca ekstrem ini menjadi pelajaran penting tentang kerentanan sektor pertanian terhadap perubahan iklim. Diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mencari solusi jangka panjang dalam menghadapi tantangan ini, demi keberlangsungan pertanian modern dan kesejahteraan para petani. Adaptasi teknologi, pengembangan varietas tanaman yang lebih resilien, serta sistem peringatan dini cuaca yang efektif menjadi kunci untuk meminimalkan dampak buruk cuaca ekstrem di masa depan.